Friday, August 27, 2004

Pernah merasakan di gundul? Buat sebagian cowok mungkin pernah yah? Tapi yang cewek mungkin hanya sebagian kecil ajah kan?
Semalam saya ke tukang cukur, niatnya memang ingin pangkas rambut. Tapi setelah duduk di kursi cukurnya terlintas keinginan untuk potong pendek banget yah. Di bawah 1 cm pokoknya, dan akhirnya dipotong 3 mm.
Enteng banget rasanya setelah dipotong, jadi inget waktu sma dulu ketika rambut saya hampir tidak pernah lebih dari 5 cm panjangnya. Kepala jadi ringan, hanya saja jadi lebih mudah berkeringat. But it's ok, i enjoy this...

Thursday, August 26, 2004

memulai sesuatu

Memulai kembali kebiasaan lama itu ternyata sulit sekali ya. Perlu adaptasi baru, perlu banyak pembiasaan-pembiasaan baru lagi. Pasti banyak yang pernah merasakan betapa sulitnya mulai membiasakan diri untuk bangun pagi lagi, setelah berbulan-bulan hampir tidak pernah bangun pagi. Atau membiasakan tidur sebelum tengah malam, serta masih banyak hal yang ternyata susah untuk dimulai kembali setelah lama ditinggalkan.
Satu hal yang saya pelajari adalah banyak syarat untuk bisa memulai kembali sesuatu yang pernah kita tinggalkan. Tidak cukup hanya semangat dan kesadaran, ternyata juga perlu pembiasaan kembali hal-hal yang mendukung. Ketika kita tidak mampu mengatas itu, maka alur hidup kita akan kembali pada pola jahiliyah yang pernah kita jalani sebelumnya. Dan malangnya kejadian ini beberapa kali menimpa diri saya sendiri. Sungguh sebuah perjuangan yang berat untuk menemukan kembali konsistensi yang terpuruk di dasar dan tertumpuk pecahan-pecahan kemalasan yang pernah saya anut.
Anda mungkin tersenyum, karena saya juga tersenyum mengingat selarik peristiwa yang terjadi dalam hidup saya 2 tahun terakhir, lebih-lebih setahun terakhir. Proses dari seorang waras menjadi gila untuk kemudian berjuang menjadi waras kembali. Ada suka dan ada duka di sana dan yang jelas butuh lebih dari sekedar niat untuk bangkit. Bila ditanya soal kepulihan? Saya akan dengan tegas menjawab bahwa saya masih sakit. Namun saya sedang berusaha untuk sembuh, Insya Allah ...

Wednesday, August 25, 2004

semangat baru

Wah, lama juga saya nggak pernah stay lama di kampus. Tadi seperti menemukan sesuatu yang lama, bagian dari hidup saya seharusnya, kembali lagi. Perlahan-lahan keping-kepingnya mulai terkumpul. Meski belum saatnya untuk merekatkan kembali. Biarlah nanti kalau saatnya benar-benar datang, pasti akan terekat erat kembali. Bagian itu memang akan tetap retak, namun retaknya tidak akan sia-sia.
Semangat, selama ini saya kadang kehilangan semangat dan orientasi. Rutinitas-rutinitas dulu berubah dan dari sisi pandang lain tidak menguntungkan saya (itu kata mereka). Tapi tidak seperti itu. Saya menemukan sesuatu dunia lain di antara pecahan-pecahan itu, dan itu sama mengasyikkan buat saya. Ini bukan kata-kata penghibur diri, tapi memang saya menemukannya. Mungkin teman lain berani mencoba? Tapi sepertinya kok saya hampir yakin tidak banyak yang akan "nekat".
Bismillah... mudah-mudahan desakan kimiawi neuron-neuron saya akan tetap adekuat dan tidak nglokro lagi. Kalau orang lain bisa, kenapa saya tidak?
Semangat.... welcome home ..

Tuesday, August 24, 2004

Bapak, Ibu, dalem kangen ...

Pagi ini saya mendapat kabar bahwa ibu dari salah satu teman saya meninggal dunia. Innalillahi wainailaihiroji'un.
Meninggal dunia, mati, tewas, "dead", banyak kata dengan makna sama. Dan hidup seketika berakhir saat "sakratul maut" menjemput.
Yang menjadi catatan saya justru bukan kematian itu sendiri, tapi siapa yang meninggal.
Ibu, orang yang melahirkan dan membesarkan saya, meski beberapa teman saya kurang beruntung karena tidak dibesarkan oleh ibu seperti saya dibesarkan. Ibu, orang yang hampir selalu menyambut saya pertama kali ketika saya pulang ke rumah dari sekolah, dari manapun saya pergi hingga saat ini ketika saya berada jauh dari beliau. Dan alangkah beruntungnya saya karena ibu saya tidak bekerja di luar rumah seperti beberapa ibu-ibu pada saat ini. Karena dengan itu saya bisa bercerita pengalaman saya langsung saat saya bertemu beliau. Ibu, orang yang lebih mudah memahami anak-anaknya karena beliau melihat langsung saat kami tumbuh. Lalu, kemanakah Bapak?
Bapak, meski dalam proporsi yang berbeda juga sangat berpengaruh dalam hidup saya. Bahkan terekam dengan jelas di otak saya beberapa kebiasaan bapak sehari-hari. Merokok, minum kopi, atau ketika kami bersama-sama memperbaiki pagar rumah yang rusak saat hari libur, memotong rumput liar yang tumbuh di belakang rumah. Semuanya terekam dengan jelas. Bahkan dalam beberapa hal kadang saya meniru tingkah laku beliau.
Sempat terlintas tadi dalam kepala saya, SEANDAINYA saya harus memilih, siapa yang saya ikhlaskan mendahului saya? Bapakkah? Ibukah? Jawaban idealnya pasti saya tidak ingin melihat mereka mendahului saya. Tapi, seandainya Allah mengharuskan saya memilih? Dan sebagai hamba saya harus tetap memilih? sampai saat ini pun saya tidak bisa menjawab. Alhamdulillah, Allah tidak pernah membuat pertanyaan seperti itu buat hamba-Nya. Karena semua itu rahasia-Nya dan semua terjadi atas kehendak-Nya. Itu kata guru agama saya. Hahaha.
Bapak, Ibu, dalem kangen ...

Monday, August 23, 2004

kehidupan malam ..

Beberapa kali saya melakukan perjalanan malam hari, mengamati perubahan aktivitas manusia, mulai dari masyarakat bawahan yang (katanya) miskin, sampai masyarakat kelas menengah ke atas yang (katanya) berduit. Ternyata mereka semua memiliki kehidupan malam baik dalam arti konotasi maupun denotasi.
Di terminal saya melihat seorang bapak tua yang terkantuk-kantuk menjaga dagangannya karena siang harinya pun ia tidak tidur, menarik becak katanya. Malam itu istrinya sedang sakit sehingga dia harus menggantikan istrinya malam itu untuk menjaga "stabilitas" keuangan keluarganya.
Di bis, saya bertemu dengan seorang pria yang (katanya) bekerja di sebuah instansi seputaran Jawa Tengah. Dia bercerita tentang perjalanannya ke salah satu kompleks pelacuran (baca: lokalisasi) yang ada di jalur tengah Solo - Surabaya.
Sampai di Jogja, dini hari ketika berhenti di lampu merah sebuah jalan protokol, di sebelah ojek yang saya tumpangi beberapa anak muda - sepertinya anak orang kaya - tertawa-tawa dengan iringan house music dari audio mobil mewah milik (orang tua)nya.
Apa yang saya dapat? saya tidak memperoleh apa pun selain sebuah pengertian bahwa setiap manusia memiliki kehidupannya sendiri-sendiri lengkap dengan permasalahannya sendiri pula. Kita tidak tau apa yang terjadi ketika bapak pedagang di terminal itu tertidur sampai pagi dan dagangannya tidak laku sama sekali sehingga dia tidak membawa uang untuk membeli obat buat istrinya. Kita juga tidak bisa menduga apakah pegawai negeri sipil yang saya temui itu memiliki keluarga atau tidak sehingga dia dengan mudah mengeluarkan puluhan bahkan ratusan ribu rupiah untuk mencari bantuan mengeluarkan spermanya, yang jelas akan lebih murah bila dengan istrinya sendiri. Bahkan kita tidak tahu apa komentar orang tua anak-anak orang kaya itu apabila tahu jutaan rupiah yang mereka keluarkan tiap bulan hanya dihabiskan dengan hura-hura oleh anak mereka. Kita tidak tahu...
Yah.. begitulah kehidupan malam, sebagian orang merasa ada sepotong gundah dan masalahnya akan terlupakan sesaat, sebagian lagi selalu menimbulkan masalah baru setiap malam.. bagaimana dengan saya? saya? bagaimana pula dengan anda? ...

Saturday, August 14, 2004

bahagia

... bahagia ...

Aneh ya, cuma satu kata tapi bisa mencerminkan utuh keadaan seorang anak manusia. Apakah saya pernah merasa bahagia? Oh tentu saja, banyak hal yang bisa membuat saya bahagia, bahkan hal sepele ketika ada sms dari seorang yang istimewa pun bisa membuat saya bahagia.
Semalam saya nonton serial TV Ally McBeal (mudah-mudahan benar ejaannya), beberapa kesimpulan dari diri Ally sangat berkesan sekali buat saya. Yang pertama Ally sadar bahwa cinta itu memang ada, dan itu memaksa otak saya untuk berpikir apakah cinta memang benar-benar ada. Meski sampai detik ini saya tidak dapat menjawab, namun Ally sudah menjawabnya. Yang kedua, ketika Ally harus berpisah degan teman-teman dari firma hukumnya, Ally menangis bukan karena sedih namun karena dia bahagia, why? karena Ally bahagia bisa memandang ke belakang dan mandapati dia memiliki teman-teman yang sangat istimewa. Dan dia bahagia untuk itu.
Dan apabila pertanyaan itu di arahkan kepada saya : "apakah saya bahagia?", maka saya sendiri akan bilang "Ya, saya bahagia". Meski dalam beberapa bagian saya merasa kurang bahagia, paling tidak sebagian lain dalam diri saya merasa bahagia.

... senyum yang itu terlihat lagi
... senyum yang terkembang tulus tanpa pamrih
... senyum yang menyejukkan hati bahkan ketika hatiku terbakar
... senyum yang membuat aku bahagia untuk mengenangnya
... senyum yang kini bukan milikku lagi tapi aku bangga pernah memilikinya
... senyum....

Friday, August 13, 2004

Libby

"...Rasa sukaku terhadap wanita tak akan seharga setipis selaput dara.aku bukan jenis lelaki egois yang harus mendapatkan bercak darah dari sebuah robekan di malam pertama..."
- "Libby" Langit Kresna Hariadi -

Pernah baca Libby? Semalam saya baca, pinjem dari koleksi buku adik saya. Baca deh! Kisah seorang laki-laki "perawan" dari keluarga super kaya yang akhirnya menikah dengan seorang mantan wanita panggilan dan pernah divonis "positif" HIV. Karena memang dia tidak ingin menikahi wanita baik-baik, dia tertantang untuk menikahi manusia yang sudah "rusak" untuk kemudian diajak ke jalan kebaikan.
Yang membuat saya terkesan, tokoh sentral nya di gambarkan sebagai laki-laki yang taat beragama. Lengkap dengan segala kelebihan khas sebuah novel.
Sesaat setelah menyelesaikan bacaan saya, saya sempat merenung. Benarkah sebuah keperawanan penting dalam hidup ini? Banyak alasan untuk membuat seorang laki-laki atau perempuan menjadi tidak perawan kan? Ini bukan sebuah pembelaan diri karena keperawanan saya di ambil oleh sepasang jari dan secolek sabun, atau apapun istilahnya, sekali lagi bukan. Saya hanya heran dengan sebagian orang yang mementingkan selapis hymen yang utuh untuk menandakan dia wanita baik-baik atau tidak baik-baik. Dan lebih tidak adil lagi, standar untuk ukuran keperawanan itu tidak berlaku bagi seorang laki-laki!
Ingin saya bermimpi bahwa telah ditemukan teknologi di bidang kedokteran yang dapat membuat hymen kembali utuh sempurna seperti sedia kala, tapi bagaimana mungkin? Wallahu alam....

Wednesday, August 11, 2004

sebuah catatan tepi

Bismillah ...

Sebagian orang bilang hidup ini adalah sebuah rangkaian catatan orang terdahulu yang terulang kembali. Boleh percaya atau tidak, beberapa kejadian yang kita alami itu pernah di alami oleh orang lain sebelum kita.
Catatan ini, bukan buku harian, bukan pula kisah hidup, melainkan hanya sebagai sebuah catatan tepi di sela-sela kesibukan hari.
Dulu saya pernah punya blog juga, tapi entah sekarang kemana. Yang jelas saya lupa alamat blognya, padahal sudah lumayan banyak isinya. Dan kini, blog ini ada bukan untuk ikut-ikutan, bukan untuk gaya-gayaan, karena sesungguhnya saya tidak bisa untuk itu, melainkan hanya untuk merekam catatan-catatan kecil yang saya buat ....

... saatnya telah tiba untuk bangkit
menapaki kembali hari-hari yang pernah dilalui
menguatkan hati membangun kembali semua mimpi ...