Tuesday, August 24, 2004

Bapak, Ibu, dalem kangen ...

Pagi ini saya mendapat kabar bahwa ibu dari salah satu teman saya meninggal dunia. Innalillahi wainailaihiroji'un.
Meninggal dunia, mati, tewas, "dead", banyak kata dengan makna sama. Dan hidup seketika berakhir saat "sakratul maut" menjemput.
Yang menjadi catatan saya justru bukan kematian itu sendiri, tapi siapa yang meninggal.
Ibu, orang yang melahirkan dan membesarkan saya, meski beberapa teman saya kurang beruntung karena tidak dibesarkan oleh ibu seperti saya dibesarkan. Ibu, orang yang hampir selalu menyambut saya pertama kali ketika saya pulang ke rumah dari sekolah, dari manapun saya pergi hingga saat ini ketika saya berada jauh dari beliau. Dan alangkah beruntungnya saya karena ibu saya tidak bekerja di luar rumah seperti beberapa ibu-ibu pada saat ini. Karena dengan itu saya bisa bercerita pengalaman saya langsung saat saya bertemu beliau. Ibu, orang yang lebih mudah memahami anak-anaknya karena beliau melihat langsung saat kami tumbuh. Lalu, kemanakah Bapak?
Bapak, meski dalam proporsi yang berbeda juga sangat berpengaruh dalam hidup saya. Bahkan terekam dengan jelas di otak saya beberapa kebiasaan bapak sehari-hari. Merokok, minum kopi, atau ketika kami bersama-sama memperbaiki pagar rumah yang rusak saat hari libur, memotong rumput liar yang tumbuh di belakang rumah. Semuanya terekam dengan jelas. Bahkan dalam beberapa hal kadang saya meniru tingkah laku beliau.
Sempat terlintas tadi dalam kepala saya, SEANDAINYA saya harus memilih, siapa yang saya ikhlaskan mendahului saya? Bapakkah? Ibukah? Jawaban idealnya pasti saya tidak ingin melihat mereka mendahului saya. Tapi, seandainya Allah mengharuskan saya memilih? Dan sebagai hamba saya harus tetap memilih? sampai saat ini pun saya tidak bisa menjawab. Alhamdulillah, Allah tidak pernah membuat pertanyaan seperti itu buat hamba-Nya. Karena semua itu rahasia-Nya dan semua terjadi atas kehendak-Nya. Itu kata guru agama saya. Hahaha.
Bapak, Ibu, dalem kangen ...

0 Comments:

Post a Comment

<< Home