Friday, November 21, 2008

Delapan Kebohongan Seorang Ibu Selama Hidupnya

Delapan Kebohongan Seorang Ibu Selama Hidupnya

Dalam kehidupan kita sehari-hari, kita percaya bahwa kebohongan akan membuat manusia terpuruk dalam penderitaan yang mendalam, tetapi kisah ini justru sebaliknya. Dengan adanya kebohongan ini, makna
sesungguhnya dari kebohongan ini justru dapat membuka mata kita dan terbebas dari penderitaan, ibarat sebuah energi yang mampu mendorong mekarnya sekuntum bunga yang paling indah di dunia.

Cerita bermula ketika aku masih kecil, aku terlahir sebagai seorang anak laki-laki di sebuah keluarga yang miskin. Bahkan untuk makan saja, seringkali kekurangan. Ketika makan, ibu sering memberikan porsi nasinya untukku. Sambil memindahkan nasi ke mangkukku, ibu berkata: "Makanlah nak, aku tidak lapar" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG PERTAMA

Ketika saya mulai tumbuh dewasa, ibu yang gigih sering meluangkan waktu senggangnya untuk pergi memancing di kolam dekat rumah, ibu berharap dari ikan hasil pancingan, ia bisa memberikan sedikit makanan bergizi untuk petumbuhan. Sepulang memancing, ibu memasak sup ikan yang segar dan mengundang selera. Sewaktu aku memakan sup ikan itu, ibu duduk di sampingku dan memakan sisa daging ikan yang masih menempel di tulang yang merupakan bekas sisa tulang ikan yang aku makan. Aku melihat ibu seperti itu, hati juga tersentuh, lalu menggunakan sendokku dan memberikannya kepada ibuku. Tetapi ibu dengan cepat menolaknya, ia berkata : "Makanlah nak, aku tidak suka makan ikan" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG KEDUA

Sekarang aku sudah masuk SMP, demi membiayai sekolah abang dan
kakakku, ibu pergi ke koperasi untuk membawa sejumlah kotak korek api untuk ditempel, dan hasil tempelannya itu membuahkan sedikit uang untuk menutupi kebutuhan hidup. Di kala musim dingin tiba, aku bangun dari tempat tidurku, melihat ibu masih bertumpu pada lilin kecil dan dengan gigihnya melanjutkan pekerjaannya menempel kotak korek api. Aku berkata :"Ibu, tidurlah, udah malam, besok pagi ibu masih harus kerja." Ibu tersenyum dan berkata :"Cepatlah tidur nak, aku tidak capek" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG KETIGA

Ketika ujian tiba, ibu meminta cuti kerja supaya dapat menemaniku pergi ujian. Ketika hari sudah siang, terik matahari mulai menyinari, ibu yang tegar dan gigih menunggu aku di bawah terik matahari selama beberapa jam. Ketika bunyi lonceng berbunyi, menandakan ujian sudah selesai. Ibu dengan segera menyambutku dan menuangkan teh yang sudah disiapkan dalam botol yang dingin untukku. Teh yang begitu kental tidak dapat dibandingkan dengan kasih sayang yang jauh lebih kental. Melihat ibu yang dibanjiri peluh, aku segera memberikan gelasku untuk ibu sambil menyuruhnya minum. Ibu berkata :"Minumlah nak, aku tidak haus!" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG KEEMPAT

Setelah kepergian ayah karena sakit, ibu yang malang harus merangkap sebagai ayah dan ibu. Dengan berpegang pada pekerjaan dia yang dulu, dia harus membiayai kebutuhan hidup sendiri. Kehidupan keluarga kita pun semakin susah dan susah. Tiada hari tanpa penderitaan. Melihat kondisi keluarga yang semakin parah, ada seorang paman yang baik hati yang tinggal di dekat rumahku pun membantu ibuku baik masalah besar
maupun masalah kecil. Tetangga yang ada di sebelah rumah melihat kehidupan kita yang begitu sengsara, seringkali menasehati ibuku untuk menikah lagi. Tetapi ibu yang memang keras kepala tidak mengindahkan nasehat mereka, ibu berkata : "Saya tidak butuh cinta" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG KELIMA

Setelah aku, kakakku dan abangku semuanya sudah tamat dari sekolah dan bekerja, ibu yang sudah tua sudah waktunya pensiun. Tetapi ibu tidak mau, ia rela untuk pergi ke pasar setiap pagi untuk jualan sedikit sayur untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kakakku dan abangku yang bekerja di luar kota sering mengirimkan sedikit uang untuk membantu memenuhi kebutuhan ibu, tetapi ibu bersikukuh tidak mau menerima uang tersebut. Malahan mengirim balik uang tersebut. Ibu berkata : "Saya punya duit" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG KEENAM

Setelah lulus dari S1, aku pun melanjutkan studi ke S2 dan kemudian memperoleh gelar master di sebuah universitas ternama di Amerika berkat sebuah beasiswa di sebuah perusahaan. Akhirnya aku pun bekerja perusahaan itu. Dengan gaji yang lumayan tinggi, aku bermaksud membawa ibuku untuk menikmati hidup di Amerika. Tetapi ibu yang baik hati, bermaksud tidak mau merepotkan anaknya, ia berkata kepadaku "Aku tidak terbiasa" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG KETUJUH

Setelah memasuki usianya yang tua, ibu terkena penyakit kanker lambung, harus dirawat di rumah sakit, aku yang berada jauh di seberang samudra atlantik langsung segera pulang untuk menjenguk ibunda tercinta. Aku melihat ibu yang terbaring lemah di ranjangnya setelah menjalani operasi. Ibu yang keliatan sangat tua, menatap aku dengan penuh kerinduan. Walaupun senyum yang tersebar di wajahnya terkesan agak kaku karena sakit yang ditahannya. Terlihat dengan jelas betapa penyakit itu menjamahi tubuh ibuku sehingga ibuku terlihat lemah dan kurus kering. Aku sambil menatap ibuku sambil berlinang air mata. Hatiku perih, sakit sekali melihat ibuku dalam kondisi seperti ini. Tetapi ibu dengan tegarnya berkata : "jangan menangis anakku, Aku tidak kesakitan" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG KEDELAPAN.

Setelah mengucapkan kebohongannya yang kedelapan, ibuku tercinta menutup matanya untuk yang terakhir kalinya.

Dari cerita di atas, saya percaya teman-teman sekalian pasti merasa tersentuh dan ingin sekali mengucapkan : " Terima kasih ibu !" Coba dipikir-pikir teman, sudah berapa lamakah kita tidak menelepon ayah ibu kita? Sudah berapa lamakah kita tidak menghabiskan waktu kita untuk berbincang dengan ayah ibu kita? Di tengah-tengah
aktivitas kita yang padat ini, kita selalu mempunyai beribu-ribu alasan untuk meninggalkan ayah ibu kita yang kesepian. Kita selalu lupa akan ayah dan ibu yang ada di rumah. Jika dibandingkan dengan pacar kita, kita pasti lebih peduli dengan pacar kita. Buktinya, kita selalu cemas akan kabar pacar kita, cemas apakah dia sudah makan atau belum, cemas apakah dia bahagia bila di samping kita. Namun, apakah kita semua pernah mencemaskan kabar dari ortu kita? Cemas apakah ortu kita sudah makan atau belum? Cemas apakah ortu kita
sudah bahagia atau belum? Apakah ini benar? Kalau ya, coba kita renungkan kembali lagi..

Di waktu kita masih mempunyai kesempatan untuk membalas budi ortu kita, lakukanlah yang terbaik. Jangan sampai ada kata "MENYESAL" di kemudian hari.

-------------------------------


Sudah lama saya tidak mengisi blog ini, tetapi ketika tadi membaca kisah di atas, terbersit rasa rindu pada kedua orang tua saya, dan saya ingin berbagi dengan teman-teman semua.

Lebih dari separuh masa hidup saya in saya habiskan jauh dari rumah, dengan hanya 1-2 kali setahun saya pulang ke rumah. Itupun kadang saya tidak bisa pulang karena beberapa alasan.

Saya merasakan .. saya mampu menghayati pesan dalam cerita di atas... mudah-mudahan anda semua bisa..


Labels:

Tuesday, July 29, 2008

telkom mania sel ..

Seperti waktu-waktu online saya sebelumnya, hari ini saya masuk ke forum yang biasa saya kunjungi, dan saya mendapatkan gambar lucu ini :



Sebagai pengguna telkomsel tentunya saya ngakak melihat gambar ini. Ya, tidak terasa sudah hampir 8 tahun saya menggunakan telkomsel, bukannya selama itu saya tidak mencoba menggunakan kartu dari provider lain, tetapi kok saya masih betah menggunakan simpati dari telkomsel. Ini bukan iklan lho, hanya sedikit penyampai uneg-uneg.

Jangan salah sangka dulu, nanti anda termakan gosip dan isu ada sms atau miskol horor dari alam lain. Mungkin maksudnya gambar itu adalah, satu-satunya provider telekomunikasi yang menjadi sponsor pembuatan gapura kuburan adalah telkomsel sampai dengan saat ini.

Tenang buat para pengguna telkomsel, yang penting telkomsel begitu dekat begitu nyata (halah..). Walaupun mungkin tarifnya masih mahal, tetapi sampai dengan saat ini saya sangat terbantu dengan telkomsel, terima kasih telkomsel!

Labels:

Sunday, July 20, 2008

Gratisan ajah kok rewel...

Malam minggu, seperti minggu-minggu yang sudah lewat, kalau pas tidak sedang 'berkunjung' paling sering sayang menghabiskan waktu buat online sampai pagi. Seperti juga hari ini, terdampar di sebuah warung kopi tempat saya biasa menghabiskan malam sendiri ditemani segelas kopi dingin dan akses internet yang -dibuat- lambat. Tapi, malam ini agaknya sangat mengesalkan, entah apa yang terjadi sehingga saya tidak bisa googling disini dan akses yang makin melambat padahal tidak lebih dari 5 user saja yang online.

Kalau saya berkeluh kesah soal ini, pasti pada komentar.. "Gratisan ajah kok rewel...". Iyah, saya harus mengaku mengapa saya sering betah di sini karena selain gratis (hanya perlu membeli segelas minuman apa saja), lokasi tempatnya juga sangat dekat dengan tempat tinggal saya (hanya sekitar 2-3 menit dari sini ke tempat tinggal saya). Fenomena ini sepertinya sudah beberapa tahun terakhir di Jogja, penyedia layanan menjual makanan dan minuman dan memberi bonus akses internet (seadanya) secara gratis..tis..tiss... Dan akibatnya, banyak orang yang memanfaatkan, hanya dengan membeli segelas minuman kemudian duduk berjam-jam (seperti saya ini).

Nah, kalau ada yang berkunjung ke Jogja, jangan lupa mencoba ke tempat-tempat seperti yang saya ceritakan, silahkan pesan minum dan ber-internet sepuasnya. Tetapi jangan marah kalau akses lambat atau diblock di sana sini yah. Abis... Gratisan ajah kok rewel..

Labels:

Tuesday, July 15, 2008

Makan malam atau makan tengah malam?

Makan malam atau makan tengah malam? Beda ga sih? Menurut saya kok sama yah, kebetulan saya belum makan malam, jadi makan tengah malam ini adalah makan malam saya juga. Meski katanya bikin gemuk (kebetulan saya tidak takut gemuk) tapi makan tengah malam adalah kenikmatan tersendiri apalagi buat anak kos. Setuju tidak yang anak kos?

Kali ini, masih bersama penjual nasi gudeg di pojokan jalan kaliurang. Menu sama seperti yang kemarin-kemarin, nasi plus krecek dan sayap ayam. Ditambah dengan segelas teh tawar bisanya saya harus membayar 5500 rupiah, rupanya sekarang sudah menjadi 6500 rupiah. Kenaikan berbagai kebutuhan dan fasilitas rumah tangga ternyata jelas terasa, meski tidak sampai 20 %. Tapi bagaimana dengan mereka yang tidak dapat menikmati makan tengah malam seperti saya? Jangankan makan tengah malam, apakah hari ini mereka makan pun saya tidak tahu. (sudah cukup dulu kritik sosialnya, nanti saya dikira tukang mengeluh)

Biasanya wisata kuliner ini saya lanjutkan wisata mimpi alias kembali ke peraduan dan memejamkan mata dengan perut kenyang. Bayangkan ??? Bagaimana saya tidak dengan mudah menaikkan berat badan saya ??? Namun kali ini saya ke warnet untuk berbagi kenikmatan makan tengah malam saya dengan anda semua. Selamat makan tengah malam!

Labels:

Monday, April 21, 2008

mengapa harus warna itu?

Tanpa sadar saya memperhatikan isi kotak baju saya, ternyata di sana warnanya hampir seragam. Saya temukan warna-warna biru, coklat muda, hitam, abu-abu, sedikit putih serta lebih sedikit lagi warna-warna yang lain. Mengapa? Apakah ini berarti saya menyukai warna tertentu sehingga tidak terlalu tertarik untuk mencoba warna yang lain?
Sudah pasti banyak dari kita yang sering membaca berbagai artikel tentang warna yang digemari seseorang berhubungan dengan kecenderungan sifatnya. Pasti kalau kebetulan benar dan cocok sebagian dari kita akan mengiyakan, akan tetapi kalau ternyata banyak perbedaan maka sebagian dari kita akan mencoba menafikan. Bahkan saya juga pernah membaca artikel tentang hubungan warna kesukaan dengan aktifitas seksual orang yang bersangkutan. Sedikit berlebihan menurut saya, tetapi mungkin ada benarnya juga.
Mengapa sih kok harus warna yang itu-itu saja? Saya sendiri juga tidak terlalu paham, tetapi ketika saya dihadapkan pada warna-warna yang harus saya pilih, tidak sedikitpun terlintas dalam pikiran saya untuk memilih warna lain, kalau ada warna biru itu akan saya pilih pertama kali, kemudian mungkin abu-abu, lalu hitam, kemudian mungkin saya akan pasrah dengan apa saja yang ada ketika warna-warna favorit saya tidak ada.

Nah, kalau saya punya warna favorit, bagaimana dengan anda?

Labels:

Tuesday, April 08, 2008

dilema

Sebuah keputusan telah diambil, tetapi benarkah itu keputusan terbaik? Seringkali apa yang menjadi pertimbangan pengambilan keputusan itu tidak dapat diterima oleh orang lain, sekali lagi, benarkah itu keputusan terbaik?
Saat menghadapi banyak pilihan, kali ini saya harus menghadapi berbagai pilihan yang sangat tidak enak untuk diputuskan. Setiap pilihan berarti merugikan buat orang lain di sekitar saya, dan termasuk orang-orang yang saya sayangi (dan cintai). Tetapi saya harus melakukannya, sebelum terlambat tentunya.
Resiko yang ada sebenarnya sudah terbayang, akan tetapi segenap indera saya yang terbatas ini mencoba untuk mengambil jalan terbaik yang bisa saya lakukan untuk saya, dan orang-orang terkasih di sekitar saya. Sekali lagi, bukan hanya untuk saya sendiri. Namun, setiap kali keputusan diambil pasti akan ada pihak-pihak yang akan merasa dirugikan dan ternyata itu terjadi!
Tanpa tedeng aling-aling saya dicaci, dimaki, dan dituduh yang bahkan tidak setitikpun terpikir di benak saya. Tetapi itu adalah sebuah pilihan yang berat, tidak mungkin ada pilihan yang benar-benar win-win solution, selalu ada yang dikorbankan dan mengorbankan. Apakah kali ini saya mengorbankan orang-orang terkasih saya? Mudah-mudahan tidak.. mudah-mudahan, karena apa yang saya putuskan akan menjadi yang terbaik untuk semuanya. Mudah-mudahan...

Labels:

Wednesday, April 02, 2008

POLRI

Beberapa hari ini banyak offline message yang masuk ke YM saya dengan bunyi senada :
 
"Segala pelanggaran dijalan baik naik motor/mobil jangan coba suap uang pada polisi biarpun ditawari damai krn bisa jadi itu adalah pancingan. Lebih baik minta ditilang nanti diurus dipengadilan. Instruksi Kapolri kepada jajaran polisi, bagi yang bisa membuktikan warga yg menyuap polisi, dpt bonus 10 jt/warga, dan yang menyuap kena hukuman 10 th. Harap jangan main2. Info tsb byk yg tdk tahu, bisa jadi ada oknum polisi cari2 kelengahan kita biar menyuap, jangan terpancing menyuap Polisi"

Mungkin anda sekalian (tentunya yang membaca blog ini saat-saat ini) juga menerima pesan senada. Atau malah salah satu di antara anda-anda ini adalah orang yang menulis pesan itu? Betapa beruntungnya saya kalau memang seperti itu.

Membahas perilaku petugas berseragam cokelat itu memang tidak ada habisnya bahkan tidak pernah berhenti membuat geram. Apalagi belum lama ini saya juga berhadapan dengan oknum yang memancing 
saya untuk mengeluarkan kata - kata kasar dan menurut saya sepadan dengan kelakuan mereka 
yang tanpa tedeng aling aling menipu pelanggar agar mereka mendapat keuntungan pribadi, meski 
alhamdulillah masih ada yang membantu saya menyelesaikan masalah itu, tidak terduga memang 
tetapi sangat berarti. Dengan visi mereka "mampu menjadi pelindung Pengayom dan Pelayan Masyarakat yang selalu dekat dan bersama-sama masyarakat, serta sebagai penegak hukum yang profesional dan proposional yang selalu menjunjung tinggi supermasi hukum dan hak azasi manusia, Pemelihara keamanan dan ketertiban serta mewujudkan keamanan dalam negeri dalam suatu kehidupan nasional yang demokratis dan masyarakat yang sejahtera" (sumber = http://polri.go.id), rasanya aneh melihat ulah oknum mereka di lapangan yang justru melakukan perbuatan yang bertolak belakang.

Terus terang  saya sendiri tidak tau pesan di atas benar atau tidak tetapi saya sangat setuju dan menghimbau kepada teman-teman untuk berhati-hati, sama sekali tidak ada gunanya berurusan dengan para oknum itu. Ulah mereka benar-benar merusak citra institusi 
dan bahkan - parahnya - membuat teman- teman yang tidak melakukan perbuatan itu 
menjadi ikut terkena imbasnya.  Dan yang paling penting, mereka yang harusnya jadi pengayom masyarakat malah jadi meresahkan masyarakat yang notabene adalah orang 
yang membayar gaji mereka. Apakah kita (melalui negara) masih kurang memberi gaji sehingga mereka masih perlu melakukan hal-hal seperti itu? Allahu'alam.
 

Labels: