Saturday, October 16, 2004

puasa lagi..lebaran lagi... mudik?

Alhamdulillah... dipertemukan dengan bulan Ramadhan lagi, yang (katanya) bulan yang suci, bulan penuh berkah dan ampunan. Insya Allah puasa kali ini lebih baik dari puasa yang lalu. Amin.
Kalau sudah masuk bulan puasa seperti ini, pasti banyak orang membuka kembali memori masa kecilnya, bagaimana dulu sejarahnya bisa puasa sampai sehari penuh. Saya masih ingat waktu itu Bapak menjanjikan sebuah Game Watch kalau saya bisa puasa sebulan penuh.Dan akhirnya saya bisa memenuhinya dan dengan bangga saya menerima hadiah dari Bapak. Mungkin hadiah itu sekarang masih tersimpan di kotak mainan saya di rumah, atau juga mungkin sudah diberikan ke tetangga sebelum Bapak-Ibu pindah ke tempat yang baru. Atau juga ketika sore hari menunggu berbuka di depan meja yang sudah tersedia sirup atau es buah yang segar, kemudian jajanan-jajanan yang membuat saya menelan liur berulang-ulang.Terus acara dilanjutkan ke sholat tarawih yang rasanya melelahkan, namun karena harus minta tanda tangan ke khatib makanya harus tetap berangkat. Untung waktu itu stasiun tv belum sebenyak sekarang, jadi godaannya tidak terlalu berat. Hehehe...
Kemudian saat-saat terakhir yaitu tepat ketika hari lebaran tiba, kami sekeluarga boyongan ke rumah Mbah di Tarakan, nyekar ke makam, dan yang sangat tidak ingin dilewatkan adalah pembagian uang dari Pakdhe, Budhe, Om, Tante, juga dari Mbah tentunya. Kalaupun kami tidak ke rumah Mbah karena Bapak tidak bisa libur, acara tetap menyenangkan. Hampir tiap malam menjelang lebaran saya dan adik-adik membantu Ibu menyiapkan kue-kue buat lebaran. Meski mungkin tidak habis dimakan tamu yang berkunjung ke rumah, tetap saja kami siap menghabiskan. Dan efeknya, setiap habis puasa berat badan saya selalu bertambah. Hebat!
Sekarang....sudah 10 tahun lebih saya di jawa. Selama itu hanya beberapa kesempatan lebaran saya lewatkan bersama keluarga. Kalau saya tidak keliru, mungkin saya hanya pulang 4-5 kali selama itu. Jadi kangen saat-saat kecil, kangen saat-saat bersama keluarga. Apalagi rencana tahun ini saya tidak bersama mereka lagi, sungkem hanya lewat telepon yang jelas akan antri. Apa boleh buat, banyak hal yang membuat saya belum ingin pulang. Mudah-mudahan Bapak-Ibu paham...
Bapak-Ibu dalem ngaturaken sedoyo kalepatan..

Monday, October 11, 2004

insomnia kronis!

Aduh, sekarang saya benar-benar merasakan tidak enaknya susah tidur. Padahal nanti pagi saya ada acara sampe sore, yang jelas membutuh kan banyak energi. Tapi sampai saat ini mata saya sama sekali tidak terpejam. Bukannya saya tidak berusaha, hampir 2 jam saya di tempat tidur tadi dan sama sekali tidak ada tanda-tanda mata saya ingin dipejamkan. Akhirnya saya bosan juga di atas kasur, dan disinilah saya sekarang. Berharap setelah menulis ini mata saya jadi lelah dan saya tertidur, bahkan kalau harus di sini, di depan monitor ini pun saya rela karena saya ingin tidur!
Awalnya hanyalah karena sebuah perkerjaan yang membuat saya harus sering melek di malam hari dan itu berlangsung selama kurang lebih 2 tahun, akhirnya sekarang saya menderita insomnia kronis! Haruskah saya ke therapist? Ada nggak sih cara terbaik untuk mengatasi masalah ini? Sekarang saya benar-benar terganggu. Bayangkan, seminggu terakhir, baru tadi saya bisa tertidur pulas dan itu terjadi di siang hari !!! Ugh.... sangat menyedihkan. Please....tolong saya.....

Thursday, October 07, 2004

bosan...

Siapa di dunia ini yang tidak pernah selibat dengan rasa bosan dalam hidupnya? Kok saya penasaran ingin bertemu dengan orang seperti itu. Karena saya (mungkin) termasuk orang dengan tipe sangat pembosan, apalagi terhadap rutinitas yang mau tidak mau harus selalu saya kerjakan (kadang termasuk beribadah loh..hehehe...Astaghfirullah). Entah mengapa dalam diri manusia cenderung terjadi penolakan terhadap kebiasaan-kebiasaan tertentu, yang bukan hobi tentunya, yang kita lakukan secara simultan dan dalam jangka waktu tertentu. Waduh, jadi seperti minum obat kesannya. Sebagian orang, mungkin juga saya, tidak selalu punya trik khusus mengatasi rasa itu. Kadang-kadang 1 cara mengatasi kebosanan untuk hal tertentu tidak bisa diterapkan pada hal lain. Iya nggak sih? Atau cuman karena saya punya kadar kebosanan yang di atas ambang batas? Sampai saat ini saya selalu mengumpulkan tips-tips untuk mengatasi kebosanan saya. Ada yang bisa membantu?
O iya...di luar konteks catatan saya hari ini, selamat buat Pak M. Hidayat Nur Wahid atas terpilihnya menjadi Ketua MPR RI untuk periode 2004-2009, Insya Allah amanah ya Pak !!!

Tuesday, October 05, 2004

kontrakan baru ...

Saya yakin semua akan setuju ketika saya mengatakan bahwa hal-hal baru disekitar kita akan membuat diri kita tertarik. Disadari atau tidak ada semacam energi psikomagnetik yang membuat kita akan menambah rasa ingin tahu kita akan hal baru. Dan itu yang sedang saya alami saat ini. Tidak terlalu istimewa mungkin, hanya saja dalam waktu dekat saya akan pindah ke rumah kontrakan yang baru. Kemana kontrakan saya yang lama? Masih ada kok, hanya saja kebetulan adik-adik saya tidak cocok dengan lingkungan yang lama karena kekurangan dan kelebihannya, maka saya memutuskan untuk mengalah dan meninggalkan kamar yang 6 tahun terakhir menjadi bagian dari inspirasi dan proses pendewasaan diri saya dalam segala hal.
Rumah (kontrakan) yang baru itu sebenarnya juga tidak terlalu istimewa, namun bagaimanapun pasti akan ada perkembangan baru dalam episode saya kali ini. Pasti nanti akan ada masalah, manfaat, konflik, intrik, dan masih banyak lagi hal-hal baru yang sedang meanti saya di sana. Si pemilik rumah bilang kalau mereka tidak akan terlalu campur tangan dalam urusan saya, tidak seperti yang saya rasakan di rumah lama, hanya saja saya tidak begitu percaya dengan statemen ini. Sejak awal saya tinggal jauh dari rumah, saya selalu menemukan induk semang yang (sangat) cerewet. Sepuluh tahun perantauan saya ini, saya berganti 3 induk semang ,termasuk salah satunya dengan Budhe saya sendiri, tidak ada yang menyenangkan pada tengah-tengah episode. Selalu manis di awal dan pada akhir cerita selalu saya yang harus mengalah dengan membuat diri saya nyaman atas usaha saya sendiri. Nah....begitu pula di rumah baru ini, saya juga tidak begitu yakin dengan keramahan mereka. Astaghfirullah kita tidak boleh su'udzon mari kita lihat saja nanti. Anda ingin mampir ke rumah saya? Silahkan....

Saturday, October 02, 2004

episode bingung--menikah-?"-memulai hidup baru!`?#$%

Lama sekali saya tidak memberi "sentuhan" di sini. Bukan karena saya lupa, tidak punya waktu atau apapun. Justru karena di kepala saya penuh ide seperti radikal bebas tanpa ion pengikat, sehingga saya bingung mana yang harus saya "muntahkan".
Beberapa waktu terakhir, saya seperti sedang mengevaluasi sebuah proses perubahan. Perubahan dari dalam diri saya sendiri tentunya. Sepertinya metamorfosa yang saya alami terlalu lama dalam fase kepompong. Terlalu banyak berfikir dan jarang beraksi. Dan ternyata kesan lambat ini sangat mengganggu daya kreatifitas otak saya beberapa hari terakhir. Mengapa saya bilang seperti itu, karena ternyata banyak hal-hal sederhana di luar diri saya yang justru menjadi ruwet setelah masuk ke dalam otak saya. Sepertinya nervus-nervus di kepala saya tidak mau berkompromi dengan cereblum dan kelenjar-kelenjar yang lain. dOwh..... itu sangat mengganggu saya.
Anda pernah berpikir mengapa setiap bulan-bulan menjelang puasa banyak orang menikahkan putra-putri mereka? Pasti, seperti juga saya, banyak orang-orang yang biasa hidup simple tidak akan habis pikir. Wong nikah wae kok ndadak nggolek dino apik, opo dino kuwi ono sing ora apik?. Yah itu sih tradisi dan kita tidak bisa mematahkan begitu saja. Terus terang banyak orang tua kita sendiri juga punya pemikiran seperti itu. Dua bulan terakhir banyak sekali teman sejawat saya yang dinikahkan. menikah, atau bahkan menikahkan dirinya.
Banyak...Meski tidak semua saya hadiri, tetapi ada beberapa hal yang saya rasakan berbeda. Ada aura pernikahan yang sama sekali tidak sama di setiap resepsi pernikahan yang saya hadiri. Bahkan saya pernah menghadiri resepsi pernikahan yang rasanya "hambar", tidak seperti aura dan suasana emosi pernikahan. Padahal resepsi itu diadakan di gedung pertemuan yang pernah digunakan ratusan (mungkin ribuan) pasangan untuk melangsungkan resepsi pernikahannya. Ada juga resepsi yang di adakan di rumah sederhana, namun sarat makna. Nah, ini dia ... apakah rahasianya? Saya sendiri tidak paham, wong saya belum menikah kok. Eh, tapi apa saya bisa menikah yah? Saya jadi tidak yakin. Dulu waktu saya masih baru lulus SMU, sekitar 17 tahun, saya merasa bahwa saya akan menikah pada usia 30 tahun, kemudian 2 tahun lalu, ketika usia saya masih 23, saya malah jadi yakin kalau sebelum itu saya telah menikah. Tetapi, ketika sekarang usia saya 25 lebih, saya jadi ragu, apa saya bisa menikah? Terlalu banyak proses dan reaksi fisik maupun kimiawi bahkan sampai reaksi thermofisikokimia dalam sebuah komitmen tentang menjalin sebuah hubungan yang belum saya pahami dengan baik. (sepertinya ini efek Si Parasit Lajang-nya Ayu Utami)
Terus terang itu agak menganggu kualitas keberpihakan terhadap diri sendiri yang saya miliki. Nah di tambah beberapa unsur lain akhirnya menjadi reaksi berantai yang berujung pada kesimpulan bahwa saya telah gagal melakukan perubahan.
Ah... mungkin justru apa yang saya alami ini merupakan salah satu dari proses itu, dan bukan akhir dari proses. Kalaupun iya, berarti tulisan ini akan benar-benar hanya menjadi catatan tepi dalam hidup saya. Sudah dulu, karena "sentuhan" ini jadi semakin tanpa arah.


kegelisahan di malam sepi
----saya seperti berdiri di sebuah batas----
----batas antara awal dan akhir----
----yang meruncing dan memipih---
----membuat saya tersayat, hampir robek dan terberai----
----saya butuh perekat, untuk menyambung kembali robekan itu----
----karena saya tidak ingin perjalanan saya berakhir di sini----