Saturday, October 02, 2004

episode bingung--menikah-?"-memulai hidup baru!`?#$%

Lama sekali saya tidak memberi "sentuhan" di sini. Bukan karena saya lupa, tidak punya waktu atau apapun. Justru karena di kepala saya penuh ide seperti radikal bebas tanpa ion pengikat, sehingga saya bingung mana yang harus saya "muntahkan".
Beberapa waktu terakhir, saya seperti sedang mengevaluasi sebuah proses perubahan. Perubahan dari dalam diri saya sendiri tentunya. Sepertinya metamorfosa yang saya alami terlalu lama dalam fase kepompong. Terlalu banyak berfikir dan jarang beraksi. Dan ternyata kesan lambat ini sangat mengganggu daya kreatifitas otak saya beberapa hari terakhir. Mengapa saya bilang seperti itu, karena ternyata banyak hal-hal sederhana di luar diri saya yang justru menjadi ruwet setelah masuk ke dalam otak saya. Sepertinya nervus-nervus di kepala saya tidak mau berkompromi dengan cereblum dan kelenjar-kelenjar yang lain. dOwh..... itu sangat mengganggu saya.
Anda pernah berpikir mengapa setiap bulan-bulan menjelang puasa banyak orang menikahkan putra-putri mereka? Pasti, seperti juga saya, banyak orang-orang yang biasa hidup simple tidak akan habis pikir. Wong nikah wae kok ndadak nggolek dino apik, opo dino kuwi ono sing ora apik?. Yah itu sih tradisi dan kita tidak bisa mematahkan begitu saja. Terus terang banyak orang tua kita sendiri juga punya pemikiran seperti itu. Dua bulan terakhir banyak sekali teman sejawat saya yang dinikahkan. menikah, atau bahkan menikahkan dirinya.
Banyak...Meski tidak semua saya hadiri, tetapi ada beberapa hal yang saya rasakan berbeda. Ada aura pernikahan yang sama sekali tidak sama di setiap resepsi pernikahan yang saya hadiri. Bahkan saya pernah menghadiri resepsi pernikahan yang rasanya "hambar", tidak seperti aura dan suasana emosi pernikahan. Padahal resepsi itu diadakan di gedung pertemuan yang pernah digunakan ratusan (mungkin ribuan) pasangan untuk melangsungkan resepsi pernikahannya. Ada juga resepsi yang di adakan di rumah sederhana, namun sarat makna. Nah, ini dia ... apakah rahasianya? Saya sendiri tidak paham, wong saya belum menikah kok. Eh, tapi apa saya bisa menikah yah? Saya jadi tidak yakin. Dulu waktu saya masih baru lulus SMU, sekitar 17 tahun, saya merasa bahwa saya akan menikah pada usia 30 tahun, kemudian 2 tahun lalu, ketika usia saya masih 23, saya malah jadi yakin kalau sebelum itu saya telah menikah. Tetapi, ketika sekarang usia saya 25 lebih, saya jadi ragu, apa saya bisa menikah? Terlalu banyak proses dan reaksi fisik maupun kimiawi bahkan sampai reaksi thermofisikokimia dalam sebuah komitmen tentang menjalin sebuah hubungan yang belum saya pahami dengan baik. (sepertinya ini efek Si Parasit Lajang-nya Ayu Utami)
Terus terang itu agak menganggu kualitas keberpihakan terhadap diri sendiri yang saya miliki. Nah di tambah beberapa unsur lain akhirnya menjadi reaksi berantai yang berujung pada kesimpulan bahwa saya telah gagal melakukan perubahan.
Ah... mungkin justru apa yang saya alami ini merupakan salah satu dari proses itu, dan bukan akhir dari proses. Kalaupun iya, berarti tulisan ini akan benar-benar hanya menjadi catatan tepi dalam hidup saya. Sudah dulu, karena "sentuhan" ini jadi semakin tanpa arah.


kegelisahan di malam sepi
----saya seperti berdiri di sebuah batas----
----batas antara awal dan akhir----
----yang meruncing dan memipih---
----membuat saya tersayat, hampir robek dan terberai----
----saya butuh perekat, untuk menyambung kembali robekan itu----
----karena saya tidak ingin perjalanan saya berakhir di sini----


0 Comments:

Post a Comment

<< Home