Saturday, August 27, 2005

berani mencoba?

Kejutan!

Hidup itu penuh dengan sebuah bahkan beberapa buah kejutan. Awalnya saya tidak terlalu menikmati atau bahkan menyepelekan kejutan-kejutan yang muncul silih berganti. Namun akhirnya saya cukup menyesal ketika saya sadari bahwa mengabadikan setiap kejutan yang terjadi akan membuat hidup saya jauh lebih menarik nantinya. Bayangkan ketika emosi kita tiba-tiba berubah 180 derajat saat membuka kembali kenangan-kenangan tentang kejutan-kejutan yang pernah ada. Bayangkan juga suasana yang menjadi hangat ketika terkenang sebuah kejutan yang tidak pernah disangka. Saya tidak perlu merinci kejutan-kejutan itu kan? Sebagai permulaan mari kita rekam kejutan-kejutan yang terjadi seminggu ke depan. Kita akan lihat perubahan apa yang akan terjadi saat kita mengenang rekaman itu.
Berani mencoba?

Friday, August 26, 2005

Saya agak bosan!

Entah apa yang terjadi beberapa hari terakhir, saya jadi agak bosan. Kehilangan semangat bekerja adalah yang terparah dari semua kebosanan saya. Pekerjaan yang biasanya bisa saya kerjakan 3-4 hari, kali ini selama 1 minggu saya tidak bisa menghasilkan apapun. Tidak produktif!

Saya takut!

Saya takut ini akan terjadi untuk jangka waktu lama sedangkan bulan-bulan ini saya butuh semangat itu, saya butuh ketidak bosanan itu, saya butuh!

Saya bingung!

Bingung ingin mencari dimana dan bingung harus bagaimana agar semua yang saya butuhkan. Saya ingin mereka kembali, etos kerja, semangat, semuanya.

Saya ingin mendapatkan semuanya kembali, ingin!

Wednesday, August 24, 2005

Penjelajah Malam

Setelah sekian lama tidak menikmati kehidupan malam saya, ada rasa kerinduan untuk mengalami kembali. Merasakan dingin malam yang menusuk, angin malam memeluk tubuh, hingga kesunyian jalan yang menggoda untuk memacu kendaraan supaya lebih cepat. Tapi malam ini, seperti juga dulu, saya sangat ingin menikmatinya tanpa berharap melepaskan satu momen pun. Perlahan saya mulai memperhatikan kehidupan di sekitar daerah yang saya lalui.

Para pekerja di warung tenda yang bersiap-siap mengemasi barang dagangan mereka tampak sibuk bekerja di tepi jalan dan bertelanjang dada. Bayangkan, bertelanjang dada! Apalagi suasana Jogja yang sedang dingin-dinginnya dan mereka hanya bertelanjang dada. Padahal dengan sweater dan tas yang saya letakkan di depan saja tidak mampu mengurangi rasa dingin yang merasuk dalam tubuh saya, apalagi bertelanjang dada !? Mboten mawon !!!

Di sudut lain tampak ibu tua penjual wedang ronde terkantuk karena sepi mulai menjadi teman dalam sepinya karena tidak ada pelanggan yang menghampiri. Sekilas saya tertarik untuk menepi, memesan semangkuk wedang ronde. Mmmm, menghirup aroma jahe, panas, dengan asap yang sedikit mengepul, seakan membuat saya lupa bahwa ini sudah malam hari. Tanpa meperdulikan kesendirian, saya menikmati semangkuk itu seperti tak ingin kehilangan momen. Dan ibu tua itu bersenandung lirih mengikuti langgam jawa dari radio bututnya, saking lirihnya saya tidak dapat mendengar secara jelas. Cukup lama saya duduk termenung di sini, selintas muncul memori-memori yang pernah ada di kota ini, memori indah hingga memori gila yang membuat saya cukup larut dalam kesendirian saya. Tanpa sadar, ternyata saya sudah menghabiskan 3 mangkuk wedang ronde! Hangat!

Dalam perjalanan pulang saya bertemu dengan pedagang-pedagang sayur yang mulai menata dagangannya di tepi-tepi jalan sekitar pasar. Agak sedikit lega ketika menemui keramaian kembali. Maklumlah saya juga manusia jadi kadang was-was juga kalau harus melintas di tempat sepi sendirian. Di jaman yang serba susah ini segala sesuatu mungkin saja terjadi.

Yah, akhirnya saya harus mengakhiri perjalanan malam ini karena hampir pagi. Harus di akui bahwa dalam setiap perjalanan saya menemui orang-orang hebat yang berjuang untuk hidup mereka. Mereka hanya mengerti bekerja dan bekerja. Mereka tidak peduli bahwa nilai rupiah telah menembus angka 10.000 Rupiah per 1 USD, atau betapa sibuknya para ahli di PLN untuk menghitung dan membagi daya listrik sehingga tidak terjadi pemadaman listrik yang berarti melumpuhkan sebagian kemampuan ekonomi yang bergantung padanya. Saat pagi datang mungkin mereka tertidur, tetapi siang dan sore hari mereka telah mulai bekerja kembali bersiap-siap menemani penjelajah malam yang lain. Dengan ikhlas mengumpulkan rupiah demi rupiah mereka, untuk hidup mereka dan anak-anak mereka.

Saturday, August 06, 2005

Ngga jelas

bingung...

Sesuatu yang tidak terduga datang menghampiri, celakanya saya tidak siap menyongsong kedatangan itu...

bimbang...

Haruskah saya terjebak dalam keadaan yang sama, yang mengangkat saya tinggi kemudian melepaskan saya menghempas bumi ...

ngga tau deh ... mumetz ...

(kok hari ini banyak titik-titiknya yah? ck ck ck)

Monday, August 01, 2005

kebebasan

Hari ini entah mengapa saya banyak berpikir tentang kebebasan, kebebasan untuk menentukan sikap, kebebasan untuk memilih jalan hidup. Kebebasan setiap anak manusia untuk menentukan pilihan yang terbaik untuk hidupnya.

Bahkan sampai saya tulis ini pun saya tidak mengerti mengapa saya memikirkan ini. Banyak hal dan kejadian tentang hal ini di sekitar saya sejak dulu hingga kini yang selalu membuat saya kagum akan kekuatan mereka yang mampu menetukan pilihan untuk hidupnya, termasuk orang-orang di sekitarnya yang memaklumi pilihannya bahkan tidak sedikit yang pada akhirnya mendukung meskipun kadang pilihan tersebut diluar kewajaran masyarakat “normal”. Apakah ini indikasi sebuah kebebasan? Saya sendiri belum bisa menjawab.

Apa kebebasan menurut saya? Jelas tidak akan jauh dari keleluasaan untuk menentukan pilihan hidup yang terbaik. Tentunya saya harus mampu bertanggung jawab sebesar-besarnya atas pilihan saya. Tetapi apakah semudah itu orang di sekitar kita sanggup memahami pilihan kita? Jawabannya tentu tidak akan semudah membalikkan telapak tangan.

Seorang gadis telah menemukan pujaan hatinya, tetapi orang tuanya tidak menyetujui hubungan mereka dan tersendatlah hubungan mereka. Apakah ini makna kebebasan?

Seorang anak menemukan pekerjaan yang sesuai dengan hobi dan keahliannya, namun saudara-sudaranya tetap memaksa ia untuk pindah pekerjaan lain karena masalah penghasilan. Inikah sebuah kebebasan?

Dan masih banyak contoh-contoh lain dalam berbagai versi. Apakah sebuah kebebasan itu harus seiring dengan norma kewajaran, kebenaran dan kepatutan? Selalukah sebuah kebebasan bertolak belakang dengan itu semua? Itu yang tidak mampu saya jawab.