Wednesday, January 26, 2005

sendiri-merayap-merangkak-tertatih-berdiri-lari-sendiri

Saya jadi ingin tahu, siapa di dunia ini yang perjalanan hidupnya hampir tidak pernah bergelombang dan nyaris tanpa liku. Sungguh saya ingin sekali belajar dari dia. Mari kita perhatikan sekeliling kita, bahkan diri kita sendiri, hampir dapat kita temui minimal setitik beban yang entah kita tidak akan tahu selain apa yang menjadi beban kita sendiri. Masalah akan timbul ketika ternyata kita tidak mampu menahan beban itu seorang diri. Kita bisa terlarut ke dalamnya, entah bisa untuk kemudian melawan dan mencoba berbalik atau berusaha menepi lalu menempuh jalan lain, dan yang paling parah adalah terus menikmati arus yang sangat tidak enak itu sampai entah kapan akan berakhir.
Kisah-kisah tentang ini mungkin telah banyak terjadi dan seperti apa yang saya pahami bahwa kejadian seperti ini adalah ulangan-ulangan kejadian yang telah lalu. Kadang beban yang ada itu sungguh sangat melenakan, meski kadang juga tidak jarang akan menjadi sangat menghancurkan. Saya, anda, ataupun yang lainnya belum tentu dapat memikul beban itu sendiri, banyak dari kita yang membutuhkan bantuan dan uluran dari orang lain untuk membantu memikulnya. Namun ketika bantuan itu justru semakin lama membuat posisi kita mendekati tebing dan jurang sampai akhirnya kita dipaksa melawan arus atau harus berbalik arah tetapi dengan kekuatan sendiri, manakah yang anda pilih?
Memang tidak semua bantuan itu justru memojokkan, dan tidak semua orang harus berbalik arah dan melawan, kadang sesuatu yang tidak lazim untuk dilakukan itu adalah solusi terbaik. Tapi saya yakin bahwa bantuan yang membuat kita akhirnya harus mengakhiri semuanya dalam jurang yang dalam dan mengerikan akan terasa sangat menyakitkan. Pilar-pilar tambahan yang tadinya kita harapkan untuk membantu justru ternyata makin membebani hingga akhirnya membuat kita makin terpuruk. Dan ketika itu terjadi, sadarlah bahwa berdiri di atas keyakinan anda sendirilah jalan yang terbaik. Jangan bergantung pada pilar lain bahkan pada pilar yang paling dekat sekalipun karena mungkin saja pilar-pilar tambahan itu akan semakin memberatkan. Berjuanglah .... sendiri ... merayap ... merangkak ... tertatih ... untuk kemudian berdiri dan berlari ... sendiri .... Selamat berjuang!

Thursday, January 06, 2005

tahun baru

Nah,meski telah lewat beberapa hari, saya merasa saya masih berhak mengucapkan SELAMAT TAHUN BARU 2005, untuk sebuah perjalanan waktu, berarti telah bertambah usia bumi termasuk isinya. Masih terkenang beberapa hari yang lalu ketika Allah memporak porandakan "serambi mekah", ACEH DARUSSALAM dan 'sedikit' Sumatera Utara, terhitung 80.000 nyawa bahkan lebih (menurut versi WHO) dicabut-Nya, entah itu hukuman terhadap mereka atau justru mereka diselamatkan untuk tidak menambah dosa-dosa mereka, atau itu justru hukuman bagi kita semua dan (maaf) sialnya azab ditimpakan pada saudara-saudara kita di Aceh. Semua mata terbelalak, semua hati menangis, dan semua iba menjerit, Masya Allah !!! Astaghfirullah Ya Rahmannurrahiim.
Tua-Muda, Kaya-Miskin, Islam-Kristen, semua bahu membahu berusaha ikut membantu mengurangi beban saudara-saudara kita di sana. Tercatat sekian banyak negara yang ikut membantu dengan jumlah bantuan yang fantastis. Dunia tergerak hatinya! Ratusan bahkan ribuan relawan berangkat ke Aceh, tidak sedikit dari mereka akhirnya harus membawa 'oleh-oleh' sakit kulit ataupun penyakit lainnya, tapi mereka ikhlas. Subhanallah.
Di rumah-rumah, bangsa ini menonton dari pesawat televisi mereka sambil menitikkan air mata dan tidak sedikit ikut sesenggukan. Mereka ikut berduka, mereka ikut merasakan, bahkan mereka ikut mendoakan.
Tahun baru ini banyak kejadian yang mengingatkan kita, saya, dan anda. Saya tahu, terlalu naif bagi saya berbicara tentang sebuah perbaikan moral, sebuah penataan ulang struktur hidup bangsa, dan lain-lain. Dari sini saya hanya ingin mengetuk hati nurani saya sendiri untuk berintrospeksi, mawas diri, dan mencoba memperbaiki apa yang selama ini salah dalam diri saya. Selamat Tahun Baru!