Tuesday, December 28, 2004

Ketika Setanpun Menangis

Ketika Setanpun Menangis....
Letih juga ternyata idup dalam pelarian...
Dari satu pelarian semu, ke pelarian semu yang laen...
Satu kesadaran dan satu keyakinan kalok ituh semua emang benerĀ² pelarian...
Semua senda dan gurauan jadi narkoba, sang OBAT SESAAT....
Satu lagi pragmen kehidupan yang nyadarin untuk 'pulang' ke-kenyataan...
Si Setan pun hanya mampu terisak sesaat, dan selanjutnya berjibaku untuk mempertahankan ke'imun'an hati...
Pengen banget bisa sesenggukan tanpa beban kayak dulu lagi...
KETIKA SETANPUN MENANGIS...

NB: dikutip dari salah satu forum, saya kutip karena mewakili perasaan saya saat ini.. ketika setanpun menangis

Wednesday, December 22, 2004

Rumpi..rumpi...

Saya heran dengan ibu-ibu di sekitar rumah saya -mungkin juga ibu-ibu di tempat lain-, mengapa mereka sangat menikmati saat-saat suami mereka tidak di rumah, sebelum kegiatan rutin memasak untuk seisi keluarga mereka -dan kadang saya mendapat bagian seporsi dari masakan mereka-. Tidak jarang saat pagi hari saya terbangun justru karena suara mereka yang melengking tinggi dari sebelah rumah saya dan mengalahkan alarm yang dengan mudah saya matikan saat berdering. Tetapi sering juga saya merasa sangat terganggu dengan suara itu ditambah lengkingan senda gurau anak-anak mereka yang entah berapa oktaf tingginya, terutama saat hari libur. Ingin marah, tapi saya orang baru di lingkungan itu, dan akhirnya saya diam meski mata saya berontak untuk di pejamkan kembali.
Kalau saya buat catatan, mungkin akan panjang lebar apa saja yang mereka bicarakan seakan-akan setiap hari selalu ada topik baru, mulai dari panci gosong yang sulit dihilangkan sampai rencana pemilihan ketua umum salah satu partai besar berlambang beringin. Saat saya sedang santai, sering saya tertawa sendiri mendengar obrolan mereka, saling berbagi suka-duka rumah tangga, atau sedang membangun kubu untuk berseteru dengan tetangga yang lain. Emosional, dan tentu saja seru!
Saya jadi berpikir, apakah semua wanita indonesia seperti itu? Atau bahkan semua wanita di dunia? Bahkan seorang Ken Dedes pun akhirnya tidak mampu untuk berdiam diri di istana yang dibangun untuknya dan membina sekutu dengan orang-orang untuk ikut menggulingkan suaminya sendiri (Arok Dedes-Pramoedya Ananta Toer). Saya jadi ngeri kalau memiliki pasangan seperti Dedes, bisa-bisa rahasia saya di bongkar di depan teman-teman rumpi-nya.
Tapi itulah dunia, saya yakin ibu-ibu itu hanya mencari cara untuk melepas lelah batinnya dari rutinitas sehari-hari atau mungkin sebagian memiliki masalah intern rumah tangganya masing-masing, dan saya tidak ingin tahu itu, sehingga mereka begitu menikmati saat-saat bersama teman-teman rumpi-nya. Kalau bapak-bapak ngerumpi bagaimana yah?